Sabtu, 22 Agustus 2009

Instrumentasi konseling II

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Bimbingan adalah merupakan suatu usaha bantuan yang diberikan kepada murid dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapinya. Salah satu hal yang penting dalam memberikan bimbingan adalah memahami murid secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapi maupun latar belakangnya. Dengan demikian murid akan mendapatkan bantuan yang tepat dan terarah. Pemahaman murid ini merupakan salah satu langkah yang harus dilaksanakan oleh pembimbing.
Untuk dapat memahami murid dengan sebaik-baiknya maka pembimbing perlu sekali mengumpulkan berbagai keterangan atau data tentang masing-masing murid. Data yang terkumpul akan menentukan tingkat pemahaman dan jenis bantuan yang akan diberikan. Oleh karena itu dalam rangka pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, pengumpulan data tentang murid merupakan salah satu progarm dan pelayanan bimbingan. Para Pembimbing harus melaksanakan pelayanan in sebelum pelayanan yang lain dilaksanakan (I. djumhur & M. Surya, 1975).
Jenis data yang dikumpulkan hendaknya meliputi berbagai aspek yang berhubungan dengan diri murid. Tehnik pengumpulan data untuk memahami murid adalah : Test Psikologis. Test psikologis digunakan untuk mengumpul-kan data yang bersifat potensil seperti : intelegensi, bakat, minat, kepribadian, sikap dan sebagainya. Untuk melaksanakannya dapat dipergunakan tes psiko-logis yang sudah tersedia. Oleh karena itu maka di dalam program bimbingan dan konseling sekolah harus melaksanakan program khusus. Program khusus dari seluruh program bimbingan pada urnurnnya meliputi : Program Testing

B. Program Testing
Program testing dilaksanakn atas dasar prinsip-prinsip :
1. Bahwa setiap anak belajar dan bekerja sesuai dengan kemampuan masing masing, kemampuan ini harus diketahui oleh sekolahagar murid dapat mencapai hasil yang maksimal.
2. Ada perbedaan individuil antara murid-murid dalam aspek-aspek bakat, intelegensi, sikap, kepribadian dan minat.
3. Guru akan menghadapi murid-murid yang relatif berbeda dari tahun ke tahun.
Pada umumnya testing diselenggarakan pada awal tahun karena dari hasil testing itulah kemudian dibuat rencana bimbingan bagi murid–murid.
Tujuan dari program testing adalah :
1. Untuk keperluan seleksi yaitu mendapatkan murid-murid yang memilki potensi yang sesuai dengan tuntutan.
2. Untuk penempatan murid sesuai dengan kemampuan masing-masing dalam program pendidikan pada umumnya. Penempatan siswa sesuai dengan kemampuannya dalam pendidikan disebut juga penjurusan siswa.
3. Untuk pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah penggunaan hasil test psikologis untuk konse1ing.

C. Pemahaman Terhadap Siswa
Setiap siswa sebagai individu mempunyai perbedaan, ciri khas tersendiri, selera dan minat tersendiri. Mereka perlu dipahami secara tepat. Ketepatan di dalam pemahaman individu merupakan suatu modal yang sangat berharga. Untuk memahami siswa, diperlukan suatu alat ukur yaitu :
1. Alat ukur test
2. Alat ukur non test (Ruslan Abdul Gani, 1986)
Alat ukur non test termasuk didalamnya adalah wawancara, observasi, angket, sosiometri, dan lain – lain. Sedangkan alat ukur test meliputi test bakat (kemampuan khusus), test intelegensi Kemampuan umum), test kepribadian, test prestasi belajar, dan test minat.
Pemahaman terhadap siswa akan lebih lengkap dengan mempergunakan bahan hasil dari pengukuran alat testing. Setelah memahami siswa dengan tehnik testing, maka langkah selanjutnya adalah mengklarifikasikan data tersebut. Data ini meliputi : Prestasi belajar, intelegensi, Bakat, Kepribadian dan Minat siswa. Dari faktor-faktor tersebut, masing-masing dikelompokkan hal-tal yang positif dan negatif atau kelebihan dan kekurangan.
Faktor yang positif atau kelebihan individu merupakan bahan yang perlu dikembangkan dan diberikan pengarahan. Sedang faktor yang negatif atau kelemahannya dijadikan bahan preventif. Baik faktor kelebihan maupun faktor kekurangan pada diri individu yang bersangkutan selain diketahui oleh para guru, orang tua atau pembingbing, perIu diketahui pula oleh siswa yang bersangkutan. Dalam hal-hal tertentu yang menyangkut kelemahan individu, diperlukan tehnik tertentu di dalam cara penyampaiannya (dengan mempergunakan tehnik konseling). Sehingga individu dapat memahami dan menerima kelemahan dirinya untuk dijadikan bahan preventif. Demikian pula kelebihan dan kemampuan yang dimiliki dapat dikembangkan maksimal.
D. Perbedaan Individual
Siswa sebagai manusia adalah makhluk sosial, namun juga makhluk individual. Sebagai makhluk individudal, maksudnya adalah masing-masing individu memiliki ciri khas masing-masing, sehingga ada perbedaan antara individu satu dengan yang lain. Menurut Ruslan A. Gani (1986), perbedaan­ - perbedaan individu tersebut terdapat dalam hal :
1. Kecakapan individu yang berbentuk :
1 .1. Kecakapan nyata
Dapat dilihat antara lain pada Prestasi Belajar yang berbentuk skore-skore atau nilai-nilai yang terdapat pada : hasil ulangan, pekerjaan rumah, nilai rapor dan sebagainya. Hasil ini dapat menggambarkan bahwa prestaai yang bersangkutan : Baik, Cukup atau Kurang. Para orang tua, atau guru dapat membaca dan megartikan makna yang tersirat dari arti prestasi tersebut.
1.2 Kecakapan potensial
Kecakpan ini adalah suatu kecakapan yang masih terpendam. Maka orang tua atau guru tidak dapat segera dapat mengctuhui dan memahami kecakapan potensial tersebut. Pemaharnan tentang kecakapan potensial ini akan lebih tepat bila mempergunakan : alat ukur test. Pada umumnya terdapat korelasi antara kecakapan nyata dan kecakapan potensia1.
Kecakapan potensial ini antara lain adalah bakat. Bakat bersifat hereditas yaitu faktor keturunan dari orang tua. Namun hal ini tidak dapat dipisahkan dari perlakuan lingkungan, termasuk di dalamnya faktor pendidikan (Teori Konvergensi: William S). Bakat ada dua macam : Bakat Khusus dan Bakat Umum yang disebut juga intelegensi.
2. Kepribadian
Kepribadian individu merupakan perpaduan antara temperamen dan karakter. Perpaduan antara temperamen (bersifat hereditas) dan karakter (dipengaruhi lingkungan), terwujudlah suatu kepribadian yang khas yang akan menandai bahwa kepribadian yang bersangkutan berbeda dengan individu yang lain. Seperti sifat unik yang menandai individu dalam berbuat, ber-penampilan dan sebagainya.
3. Minat
Setiap individu mempunyai minat tersendiri, minat timbul karena informasi atau pengetahuan tentang suatu pekerjaan, benda dan situasi. Minat individu ditandai dengan rasa senang, dan tidak senang, suka dan tidak suka terhadap suatu pekerjaan, benda situasi dan sebagainya.

BAB II
PEMBAHASAN

I. TEST PSIKOLOGIS
A. Pengertian
Kata test berasal dari bahasa latin Testum yaitu alat untuk mengukur tanah. Dalam bahsa Perancis Kuno kata test bararti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan emas dan perak dari logam-logam yang lain. Lama kelamaan arti test menjadi lebih umum. Dl dalam lapangan Psikologis kata test mula - mula dipergunakan oleh J. M Cattel pada tahun 1890 dan sejak itu makin populer sebagai nama metode psikulogi yang digunakan untuk menentukan (mengukur) aspek-aspek tertentu pada kepribadian. Di bawah ini diberikan beberapa definisi :
1. Anne Anastasi memberikan definisi :
" A psycological test is essentially an objective and standardized measure of a sample of behavior"
2. Otto Klinberg membrikan definisi :
" Psycological test were perfect instrumens for the measurement of native or innate difference in ability"
3. Lee J. Cronbach
" A test is systematic procedure for comparing the behavior of two or more persons"
4. Florence L. Goodenough memberikan definisi :
" A test is s task orseries of task given to individual or to groups with the purpose of ascertaining their relative proficiency as compared to each other or to standart previously set up on the performance of the similar group.
5. Sumadi Surjabrata
Test adalah pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah – perintah yang harus dijalankan berdasarkan atas bagaimana test dilakukan perintah – perintah itu penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standart atau teste yang lain. Jadi inti dari test itu adalah:
a. Test itu adalah tugas atau serangkaian tugas yang berbetuk pertanyaan - pertanyaan dan atau perintah-perintah.
b. Test itu diberikan kepada testee (seorang / lebih).
c. Tingkah laku testee dalam menjajankan test itu dibandingkan dengan sesuatu yaitu standart atau tingkah laku testee yang lain.

B. Pengukuran Psikologis dan Psikotest
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan mempelajari hubungan yang erat dengan bimbingan. Karena psikologi adalah ilmu pengetahuan untuk memahami tingkah laku manusia baik yang mereka sadari atau tidak disadari, dalam usaha membantu individu untuk menyelesaikan masalah-masalahnya.
Untuk membantu individu menyelesaikan masalah-masalahnya, mempergunakan beberapa metode yaitu : (1) Pengamatan (2) Wawancara (3) Test ( Frieda NRH, 19~5 )
Pengamatan dimaksudakan untuk melihat gejala yang nampak, dimana gejala tadi dianggap sebagai proses perwujudan dari proses kejiwaan yang dialami oleeh seseoramg sedangkan dari wawancara sebenarnya ingin didapatkan data-data tentang sejarah tentang kehidupan seseorang yang penting sekali untuk mengetahui perkembangm kehidupandan permasalahan yang ingin dipahami. Pengalaman yang terjadi pada suatu periode kehidupan seseorang, mungkin merupakan suatu titik awal dari permasalahan yang dihadapi individu pada masa sekarang. Kedua metode tersebut, tidak lepas dari kelemahannya yaitu memungkinkan terjadinya penagruh Hallo (Hallo Effect) atau faktor subjektivitas dari orang yang melihat atau mewawancarai.
Metode psikotest ini menggunkan alat-alat diagnostik tertentu yang dapat mengukur dan mengetahui taraf kecerdasan, arah minat, sikap, struktur kepribadian dan hal-hal lain dari proses kejiwaan ataupun yang mempengaruhi proses kejiwaan ataupun yang mempengaruhi proses kejiwaan pada diri orang yang membutuhkan bantuan. Metode psikotest digunakan untuk membantu kekurangan dari kedua metode (wawancra dan pengamatan). Dalam menganalisa hasil test data-data dari hasil pengamatan dan wawancara sangat penting untuk dipertimbangkan sehingga diagnosa dan kemungkinan treatment (bantuan terapi) yang akan dilaksanakan sudah merupakan hasil pengenalan lengkap tentang diri klien.
C. Syarat Penggunaan Test Psikologi
Dalam rangka memecahkan masalah klien, pedu diperhatikan beberapa hal mengenai penggunaan alat pengukuran psikologis antara lain dengan :
1. Menghindarkan kekeliruan atau ketidak tepatan terhadap makna test, yang dapat mempengaruhi hasil sebenarnya secara optimal. Dalam hal ini harus diperhatikan unsur individu yang mengikuti test psikologi (Testee). Hasil dari test psikologis sangat dipengaruhi oleh testee (orang yang mengikuti test), karena keadaan fisik misal kesehatan testee dan keadaan psikologis misal (emosi testee).
2. Individu atau petugas yang melakukan pemeriksaan harus memenuhi persyaratan tertentu.Oleh karena itu pemakai test haruslah benar-benar merupakan orang yang bertanggung jawab sedemikian rupa sehingga dapat menguasai batas­ – batas kewenangannya.
Dalarn administrasi test antara lain perlu dip\ rhatikan bahwa :
a. Pemeriksa harus cukup menguasai dan berpengalarnan dalam penggunaan test yang dipakai.
b. Pemeriksa harus dapat memberi kesempatan yang sarna kepada semua untuk dapat mengungkapkan keadaan dirinya masing-masing melalui test itu.
c. Bila ingin memperoleh hasil yang optimal harus terlebih dahulu dibentuk Rapport (hubungan yang baik) antara pemeriksa dan yang diperiksa.
d. Pemeriksa (pelaksana test) perlu mengenal benar-benar situasi pemeriksaan psikologis yang baik, ketepatan waktu untuk melakukan pemeriksaan dan lain-lain.
3. Perlu dilihat alat-alat (test) yaug dipergunakan dalarn pemeriksaan psikologis itu sendiri, apabila alat-alat itu memang akan digunakan. Misal : Apakah sudah dilakukan pengukuran valiasi dan reliabilitas, kejelasan tulisan dan gmnbar pada alat test dan sebagainya.

D. Klasifikasi Test
Menurut Sumadi Subrata klasifikasi test sebagai berikut :
Berdasarkan atas banyaknya test
a. Test Individual
b. Test kelompok
Berdasarkan atas cara menyelesaikannya
a. Test Verbal
b. Test Non Verbal
Pada test verbal, testee di dalam menyelesaikan atau mengerjakan test tersebut harus menggunakan kata-kata misalnya memberikan lawan kata, mengatakan kekurangan pada suatu gamabar dan sebagainya.
Pada test non verbal atau sering dist.:but performance t.::st, testee tidak perIu memberi responberwujud bahRSa., melainkan dengan melakukan sesuatu seperti misalnya mengangkat tangan, menyusun balok, mengatur garr.bar dan sebagainya.
3. Berdasarkan atas cara menilai test,
a. Test Alternatif
b. Test Graduil
Penilaian pada saat test alternatif berdasarkan atas 2 alternatif yaitu benar dan salah. Pada test graduil penilaian itu bersifat graduil, jadi ada beberapa tingkatan, misalnya diberi nilai 5,4,3,2, l.
4. Berdasarkan atas fungsi psikis yang dijadikan sasaran testing dibedakan atas :
a. Test Perhatian
b. Test Fantasi
c. Test Ingatan
d. Test kemauan
5. Berdasarkan atas tipe test hubungan nya denganisi test dan waktu test dibedakan menjadi :
a. speed test
b. power test
6. Berdasarkan ats materi test di bedakan menjadi :
a. test proyektif
b. test non proyektif
7. Berdasarkan bentuk test dibedakan menjadi :
a. test benar salah
b. test pilihan ganda
c. test isian
d. test mencari pasangan
e. test penyempurnaan
f. test mengatur objek
g. test deret angka
h. test rancangan balok
i. test asosiasi
8. Berdasarkan penciptaanya dibedakan menjadi :
a. Test Rorschach
b. Test Binet-Simon
c. Test Szondi
d. Test Kraeppelin
e. Test We schIer
f. Test Kuder
g. dan sebagainya
9. Selanjutnya ada lagi satu cara penggolongan yang banyak sekali diikuti orang,
yaitu yang menggolongkan test itu menjadi 4 golongan yaitu :
1. Test Untelegensi Umum
2. Test Bakat Khusus
3. Test Kepribadian
4. Test Prestasi

E. Syarat-syarat Test Psikologis Yang Baik
Crobach (1960) dalam bukunya yang berjudul Essential of Psychological Testing, mengatakan bahwa merupakan prosedur yang sistematis untuk membandingkan perilaku dua atau lebih orang. Anastasi (1961) dalam bukunya Psychological Testing, mengatakan bahwa Psychological Test itu pada dasarnya merupakan ukuran yang objektif dan telah di standart kan mengenai perilnku sesorang.
Syarat-syarat test psikologis yang baik :
1. Test harus valid
Soal valid atau tidaknya suatu test atau soal validitas suatu test adalah soal yang tepenting diantara syarat-syarat yang lain. Walaupun perumusannya bermacan-macarn narnun kalau disimpulakan validitas suatu test adalah sejauh mana test itu mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi semakin tinggi validitas test maka test tersebut semakin mengenai sasarannya, makin menunjukkan apa yang sebenarnya ditunjukkannya.
2. Test harus di standartkan
Standart suatu test bertujuan untuk supaya setiap testee yang di test tersebut mendapat perlakuan yang benar–benar sama. Hal–hal yang perlu distandartlisasi
1. materi test
2. penyenggaraan test
3. scoring test
4. interpretasi hasil test
3. Test harus Objektif
Objektif suatu test ditinjau dari segi apakah tester mempunyai pengaruh terhadap penilaian hasil testing.
4. Test harus diskriminatif
Test harus dapat mengungkap segala gejala tertentu dan menunjukan perbedaan–perbedaan gejala tersebut pada individu satu dengan yang lainnya.
5. Test harus komprehensif
Test harus sekaligus mengungkap banyak hal.
6. Test harus mudah digunakan
Test adalah suatu alat yang nilainya sangat tergantung kepada kegunaannya. Kalau menggunakannya sukar, maka test tersebut rendah nilainya. Makin tinggi syarat-syarat tersebut pada suatu test semakin baiklah test tersebut.

F. Tujuan Testing Psikologis
Menurut Sumadi Swjabrata (1984) secara gans besar tujuan melakukan test psikologis ada 2 macam :
a. Research
Didalam tiap lapangan ilmu pengetahuan, research adalah kegiatan yang mutlak harus dilakukan. Dalam lapangan test psikologis ini tujuan research dapat bermacam-macam pula, diantarnya yang penting-penting adalah seuagai berikut :
1. Research untuk penyusunan test.
2. Research untuk eksplorasi sifat-sifat psikologis tertentu pada kelompok masyarakat tertentu.
3. Research untuk verifikasi sifat-sifat atau sikap-sikap tertentu dalam masyarakat,
4. Research untuk menerangkan dan menunjukkan problem-problem soaial tertentu.
b. Diagnosis psikologis
Diagnosis psikologis itu dilakukan orang dengan tujuan yang bermacam-macam, diantaranya tujuan terpenting adalah :
1. Diagnosis untuk kepentingen seleksi.
2. Diagnosis untuk keprluan pemilihan jabatan (pekerjaan) atau studi lapangan.
3. Diagnosis untuk keperluan psikoterapi.
4. Diagnosis untuk kepentingan bimbingan dan penyuluhan dalam belajar.
c. Penggunaan Test Psikologi dalam Bidang Pendidikan
Menurut Dr. Singgih D. Gunarsa (1985), test psikologi dalam bidang pendidikan dapat dibagi menjadi 3 golongan besar :
1. Test Intelegensi Umum
2. Test Bakat
3. Test Kepribadian

II. PENGGUNAAN TEST PSIKOLOGIS DALAM BIMBINGAN DI
SEKOLAH
Dalam bidang pendidikan banyak dipergunakan test psikologis. Test-test yang akan digunakan adalah test yang sudah memenuhi pesyaratan yang ditentukan. Yaitu sudah dibakukan (standard), dibuktikan validitas dan reabilitasnya sehingga nilai-nilai diagnostik dan prediktif benar-benar dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Dr. Singgih D. Gunarsa (1985), test psikologi dalam bidang pendidikan dapat dibagi menjadi 3 golongan besar :
1. Test Intelegensi Umum
2. Test Bakat
3. Test Kepribadian
A. Test Intelegensi
1. Pengertian Intelegensi
Menurut Irwanto dkk (1989) intelejensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan kemampuan berpikir secara rasional
2. Faktor-faktor yang terdapat di dalam intelegensi
- Kemempuan angka-angka
- Penglihatan keuangan
- pengertian verbal
- Kemarnpuan penginderaan
- Ingatan
- Penalaran
- Kelancaran kata-kata
B. Test Bakat
Bakat adalah suau kondisi pada seseorang yang dengan suatu latihan khusus memungkinkan mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan khusus. Dengan demikian keahlian bakat harus ditunjang oleh factor lingkungan, factor keturunan dikembangkan melalui olahan lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi tampilnya bakat :
1. Minat dan motifasi
2. Nilai yaitu bagaimana seseorang member arti terhadap pekerjaan yang menjadi bakatnya.
3. Kepribadian yang sesuai
4. Konsep diri yang positif
Tujuan test Bakat
Membantu merencanakan dan membuat keputusan mengenai pilihan pendidikan dan pekerjaan.
Untuk membuat keputusan mengenai pendidikan anak.
Untuk mendiaknosa masalah belajar pada siswa.
Untuk mengetahui sedini mungkin bakat–bakat yang dimiliki oleh seorang anak.
C. Test Minat
Minat merupakan peningkatan perhatian individu terhadap suatu objek yang banyak sangkut paut dengan diri individuyang bersangkutan. Minat individu ditandai dengan rasa senang dan tidak senang terhadap suatu hal seperti pekerjaan, benda, situasi, dan sebagainya.
Bentuk test minat terdiri dari pertanyaan–pertanyaan jenis pekerjaan yang harus dipilih oleh teste ada 10 jenis pekerjaan yang terunkap yaitu : out door, mechanical, computational, scince, artistic, literary, musical, social service, clerical, persuasive.
Waktu pelaksanan test tidak dibatasi, tetapi biasanya berlangsung antara 30 – 40 menit. Dan kegunaannya adalah :
a. Untuk menunjukan jabatan–jabatan bagi studi lebih lanjut.
b. Untuk menguji seseorang yang telah memilih suatu jabatan tertentu
c. Kadang–kadang remaja memilih karier atas dasar kualifikasi yang dangkal atau untuk pindah kerja asaja.
D. Test Kepribadian
Menurut Gordon W Allport bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dari system–system psycolofysik dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya unik terhadap lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi kepribadian :
1. Pengalaman umum yaitu pengalaman yang dihayati oleh hampir semua anggota masyarat seperti norma–norma dan sebagainya.
2. pengalaman unik yaitu pengalaman yang hanya pernah dialami oleh dirinya sendiri.
Metode pengukuran kepribadian (Irwanto dkk 1989) : Metode Observasi, Metode Inventori, Teknik proyektif.
D.1 EPPS (Edwars Personal Preferece schedule)
Merupakan test kepribadian atau personality inventory yang diciptakan oleh Allen D Edwars.
Bentuk test ini berupa buku dan lembar jawaban yang terpisah. Test EPPS terdiri dari 225 item yang terdiri dari 2 pernyatan A dan B Subjek diminta memilih salah satu. Aspek kepribadian meliputi : Acievement, deference, order, exhibition, autonomy, affiliation, intraception, succorance, dominance, abasement, nuturance, change, endurance, heterosexuality, aggression.
D.2 16 PF (The Sixteen Personality Faktors Questionnaire)
Adalah suatu inventory yang berguna untuk menilai kepribadian normal. Penciptanya adalah Raymond B. Cattell. Tujuanya adalah untuk menilai kepribadian normal pengukuran dengan sifat–sifat dengan menggunakan analisis factor pada subjek normal.

III. LATIHAN SCORING DAN MENGINTEPRETASIKAN HASIL TEST
PSIKOLOGI
Beberapa langkah/kegiatan yang dilakuikan oleh tester setelah selesai melaksanakan psikologi adalah sebagai berikut :
A. Test Intelegensi
A.1. Progressive Matriks (PM) :
Langkah–langkah yang harus dilakukan untuk scoring dan intepretasi adalah :
1. Periksa pekerjaan tester, cek dengan kunci test yang sudah di validasi. Untuk pekerjaan/jawaban yang benar diberi tanda nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0.
2. Jumlahkan jawaban testee yang benar, jumlah yang benar disebut dengan Raw Score. Isilah kolom Raw Score pada bagian bawah sudut kanan lembar jawaban.
3. Raw Score dimasukkan ke dalam persentil point yang sudah ditetapkan dalam manual test. Perhatikan batasan persentil point pada masing–masing usia testee.
4. Batasan persentil point tersebut (dimasukkan/disesuaikan) dengan batasan Grade pada manual test. Grade tidak dibatasi oleh usia testee.
5. Batasan Grade yang didapat oleh testee tersebut diartikan dengan disesuaikan pada manual. Sehingga dapat terbacapada batasan Grade berapa testee berada, sehingga dapat diartikan pada tingkatan berapa kemampuan testee.
6. Misalnya Raw Score 54, persentil 90, Grade 1 = Berati testee memiliki kemampuan Intelectually Superior. Kemampuan ini merupakan kemampuan di atas normal (genius). Dengan demikian dapat ditentukan langkah selanjutya.
A.2. CFIT (Skala 3A + 3B)
Langkah–langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan score dan intepretasi CFIT yaitu :
1. Periksa pekerjaan testee, dengan dicocokkan dengan kunci yang sudah ada. Untuk pekerjaan yang benar diberi score 1 dan pekerjaan yang salah diberi score 0.
2. Periksalah pekerjaan/jawaban testee pada skala 3A dan 3B, pada test 1,2,3,4. Jumlahkan score pada kolom bagian bawah lembar jawaban.
3. Masukkan sesuaikan score kanan tersebut pada score intelegensi yang terdapat pada manual. Sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya.
I. WAIS
Dalam melakukan scoring dan intepretasi hasil test, prosedur dan langkah/kegiatan yang harus dilakukan adalah sebgai berikut :
1. Nilai (catat) angka–angka untuk setiap soal dengan teliti dan terang sebagaimana menilai suatu jwabna (soal).
2. Bila ada hadiah, catat waktu yang digunakan oleh subjek dan nilai hadiahnya dengan teliti.
3. Bilamana soal–soal permulaan dari suatu test tidak diberikan seperti halnya dalam tet informasi, penertian, hitungan dan perbendaharaan kata, janga lupa member nilai pada soal–soal tersebut.
4. Periksa penjumlahan nilai–nilai soal dalam menghitung angka kasar dari test.
5. Pastikan bahwa angka kasar untuk tiap–tiap test sudah dipindahkan ke kolom yang selayaknya dalam bagian ringkasan pada selayaknya pada sampul buku jawaban formulir penilaian.
6. Cocokan umur subjek dengan mengurangi umur yang dinyatakan dengan tanggal testing atau periksa catatan yang dapat dipercaya.
7. Hitunglah score/nilai tiap–tiap sub test dan masukkan pada buku awaban/booklet, nilai ini disebut sebgai Angka Kasar.
8. Salinlah/masukkan nilai angka kasar tersebut jke dalam angka skala. Dan angka IQ ke dalam kolom–kolom yang telah disediakan.
9. Hindari kesalahan–kesalahan dalam menyalin angka kasar dan angka skala kecerdasan (IQ).
10. Ulangi langkah–langkah dalam menggunakan table–table untuk mengoreksi kesalahan membaca. Periksa semua pemindahan bahan, perhitungan penyalinan angka–angka secara teliti. Dapat diperhatikan contoh pada lampiran 1.
II. WISC
Dalam melakukan scoring dan intepretasi hasil prosedur/langkah kegiatan yang harus dilakukan adalah sebgai berikut :
1. Nilai dan catat score pada masing–masing soal dengan mencocokan usia test. Sesuai dengan table pada buku manual.
2. Score/nilai tadi disebut dengan angka kasar, yang kemudian di salin lagi dengan angka manual menjadi angka skala, bedakan antara angka skala verbal test dan performance test. Setelah itu jumlahkan score yang didapat menjadi Sum of Verbal Test/Performance Test.
3. Angka skala verbal dan performance digabung dijumlahkan menjadi Fullscale.
4. Angka skala di ubah lagi menjadi angka IQ sehingga akan didapatkan kemampuan intelegensi masing–masing individu.

IV. LATIHAN PENGGUNAAN HASIL TEST PSIKOLOGIS DALAM
PROGRAM BIMBINGAN
Hasil test psikologis dapat digunakan dalam :
a. Seleksi cxalon siswa/mahasiswa
b. Penempatan siswa/mahasiswa sesuai dengan kemampuannya
c. Menunjang pelaksanaan kegiatan bimbingan sehari–hari (I. Djumhur dan Drs. M. Surya, 1975)
Untuk dapat lebih memperjelas maka berikut ini akan dibahas satu persatu beserta dengan contoh. Diharapkan setelah mempelajari bab VI ini mahasiswa dapat berlatih dengan menggunakan data–data serta kasus–kasus yang ditemui di lapangan.
A. Seleksi calon siswa/mahasiswa :
Data yang digunakan dalam kegiatan ini adalah data dari hasil test intelegensi (bila klasikal menggunakan test PM atau CFIT, bila individu menggunakan test WAIS atau WISC). Penggunaan hasil test intelegensi adalah sebagai berikut :
1. Sesuaikan hasil test (score IQ) dengan table penyebaran intelegensi berikut :
Tabel penyebaran intelegensi Stanford–Biner
IQ
Klasifikasi
140 ke atas
Sangat Superior (genius)
130 – 139
Superior (sangat cerdas)
120 – 129
Cerdas
110 – 119
Di atas normal
90 – 109
Normal
80 – 89
Di bawah normal
70 -79
Bodoh
50 – 69
Moron
30 – 49
Embisil (terbelakang)
0 – 29
Idiot

(Drs. E. Usman Effendi dan Drs. Juhaya S, 1984, Sumber dari Merrill, 1938).
2. Mengambil keputusan bagi siswa/mahasiswa yaitu keputusan untuk kelanjutan studi, penyaluran pendidikan dan debagainya. Untuk melekukan suatu keputusan, pertimbangn ketentuan–ketentuan sebagai berikut :
a. Idiot (0 – 29)
Kelompok ini merupakan individu terbelakang yang paling rendah. Ia tidak dapat bebrbicara, hanya mampu mengucap beberapa patah kata saja. Tidak mampu mengurus dirinya sendiri. Idiot tidak dapat dididik.
b. Embisil (30 – 49)
Embisil dapat belajar berbahasa dapat mengurus dirinya sendiri, dapat diberi tugas sederhana/ringan. Misalnya : mencuci pakaian, mengepel lantai tetapi dengan pengawasan yang teliti serta memerlukan kesabaran. Kecerdasannya kira–kira sama dengan anak normal berusia 3 – 7 tahun, tapi ia tidak dapat dididik di sekolah bagi anak anak normal.
c. Debil atau moron (50 - 69)
Debil atau moron ini pada tingkat tertentu dapat belajar membaca, menulis dan berhitung dalam perhitungan yang sederhana. Dengan latihan yang baik dan belajar yang tekun, ia dapat memperoleh ketrampilan ringan dan jabatan sederhana. Banyak di antara anak – anak debil dapat bersekolah di sekolah normal atau SLB. Terutama di masyarakat kurang maju, mereka bersatu di sekolah biasa / normal dengan anak – anak karena belum terdapat SLB.
d. Bodoh (70 – 79)
Individu ini termasuk dalamkelompok kecerdasannya di bawah kelompok normal, tetapi di atas kelompok terbelakang. Kelompok ini dapat memelihara dirinya sendiri dan dengan susah payah mereka dapat memelihara dirinya sendiri dengan susah payah mereka dapat mengerjakan sejumlah kecil pekerjaan sekolah lanjutan pertama, tetapi jarang atua sukar untuk menyelesaikan kelas terakhir di SLTP.
e. Di bawah normal (80 -89)
Kelompok ini agak lambat dalam hal belajar. Sekaligus demikian, mereka dapat menyelesaikan pendidikannya di SLTP, tetapi agak sulit untuk menyelesaikan pendidikan di SMA.
f. Normal (90 – 109)
Kelompok ini merupakan yang terbesar jumlahnya. Mereka dapat menyelesaikan pendidikannya di tingkat SMA, sulit menyelesaikan di perguruan tinggi.
g. Di atas Normal (110 – 119)
Kelompok ini dapat menyelesaikan diperguruan tinggi. Termasuk kelompok yang
Berada pada tingkat terrtinggi
h. Cerdas (120 – 129)
Kelompok ini pada umumnya mampu dengan mudah menyelesai-kan pendidikan Tingkat Perguruan Tinggi. Dan apabila bersatu dengan kelompok normal biasanya merupakan pemimpin di dalam kelompoknya.
i. Sangat Cerdas
Cirri 0 ciri kelompok ini antara lain lebih cakap dalam membaca, berhitung, perbendaharaan kata yang luas, pengetahuan yang luas dan kesehatannya lebih baik daripada orang normal.
j. Genius (140 ke atas)
Kelompok ini memiliki kecerdasan luar biasa, walaupun ada beberapa orang jenius tidak mendapat pendidikan atau tidak menemukan penemuan. Jumlah orang genius sangat sedikit. Contoh orang genius sangat sedikit. Contoh orang genius : Enstein, John Stuart Mill dll.

.


BAB III
PENUTUP

Instrumentasi konseling merupakan suatu teknik pemahaman individu sebagai upaya pembinaan dan peningkatan prifesionalisme konselor dan sebagai upaya untuk mengumpulkan data–data keterangan tentang masing–masing individu atau siswa. Oleh karena itu dalam rangka pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, pengumpulan data tentang murid merupakan salah satu progarm dan pelayanan bimbingan. Para Pembimbing harus melaksanakan pelayanan ini sebelum pelayanan yang lain dilaksanakan.
Jenis data yang dikumpulkan hendaknya meliputi berbagai aspek yang berhubungan dengan diri murid. Tehnik pengumpulan data untuk memahami murid adalah : Test Psikologis. Test psikologis digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat potensil seperti : intelegensi, bakat, minat, kepribadian, sikap dan sebagainya. Untuk melaksanakannya dapat dipergunakan tes psikologis yang sudah tersedia. Oleh karena itu maka konselor harus menguasai insturmentasi konseling II sebagai upaya melksanakan program bimbingan dan konseling untuk memberikan bantuan yang diberikan kepada murid dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi dan mengupayakan murid untuk mencapai kebahagian dalam hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

Burk, H M & Steffire, B B 1979. Theories of counseling. New York : Mc Graw-hill Book Company
Cronbach, Lee J. 1990. Essential of psychological testing. New York : Harper Collins
Goldman, L 1971. Using test in counseling. California : Goodyear Publishing Company, Inc
Liinois : The Institute for personality ang abilty testing, Inc
Schuerger, J & Watterson, D. 1977. Using test and other information counseling. Tri Leksono, 2009. Instrumentasi konseling II. Semarang : Ikip Veteran Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar